Tujuan Belanda Mendirikan VOC pada Tahun 1602 Adalah Apa?

Belanda Menyerah kepada Jepang di Indonesia pada Tanggal Berapa? Ini Sejarahnya

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini, 7 Juni 1999 atau 25 tahun silam, untuk pertama kalinya Pemilihan Umum atau Pemilu digelar di Era Reformasi. Hasil Pemilu 1997, yang dimenangkan Partai Golkar, dipandang tak memiliki legitimasi setelah Presiden Soeharto lengser. Oleh sebab itu, Pemilu berikutnya yang mestinya dilaksanakan pada 2002, kemudian dipercepat.

Kilas balik Pemilu 7 Juni 1999

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemilu 1999 merupakan Pemilu yang diselenggarakan secara serentak untuk memilih 462 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota se-Indonesia untuk periode 1999-2004. Selain tercacat sebagai Pemilu kali pertama setelah runtuhnya Orde Baru, Pemilu 7 Juni 1999 juga merupakan terakhir kalinya diikuti oleh Timor Timur.

Adapun Pemilu 7 Juni 1999 digelar dengan sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar. Sistem yang dipakai didasarkan pada sistem proporsional tertutup di tingkat provinsi. Di tiap-tiap provinsi, partai-partai diberikan kursi sebanding dengan porsi suara mereka. Jawa Timur memiliki jumlah kursi terbanyak, yaitu 82 kursi. Sementara yang terendah yaitu Bengkulu dan Timor Timur dengan masing-masing empat kursi.

Kampanye Pemilu 1999. FOTO/X

Jumlah peserta Pemilu 7 Juni 1999 lumayan membeludak setelah pemerintah menerbitkan Undang-undang atau UU Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilu, dan UU Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD. Dengan adanya aturan baru ini, aturan Pemilu sebelumnya terkait pembatasan partai oleh Orde Baru dihapuskan.

Akibatnya, muncullah partai-partai baru yang tumbuh bak cendawan di musim hujan. Sedikitnya ada 171 partai baru yang terbentuk dari berbagai macam asas. Dari jumlah tersebut, terdaftar sebanyak 141 partai. Sedangkan yang lolos untuk mengikuti Pemilu 7 Juni 1999 total mencapai 48 partai. Berikut daftar 48 partai yang mengikuti Pemilu 7 Juni 1999:

2. Partai Kristen Nasional Indonesia

3. Partai Nasional Indonesia

4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia

5. Partai Kebangkitan Muslim Indonesia

7. Partai Kebangkitan Ummat

9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

10. Partai Syarikat Islam Indonesia

11. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

13. Partai Kebangsaan Merdeka

14. Partai Demokrasi Kasih Bangsa

15. Partai Amanat Nasional (PAN)

16. Partai Rakyat Demokratik

17. Partai Syarikat Islam Indonesia 1905

18. Partai Katolik Demokrat

19. Partai Pilihan Rakyat

20. Partai Rakyat Indonesia

21. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi

23. Partai Solidaritas Pekerja

25. Partai Nahdlatul Ummat

26. Partai Nasional Indonesia – Front Marhaenis

27. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia

29. Partai Islam Demokrat

30. Partai Nasional Indonesia – Massa Marhaen

31. Partai Musyawarah Rakyat Banyak

32. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

33. Partai Golongan Karya (Golkar)

35. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

36. Partai Uni Demokrasi Indonesia

37. Partai Buruh Nasional

38. Partai Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong

41. Partai Keadilan dan Persatuan

42. Partai Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia

43. Partai Nasional Bangsa Indonesia

44. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia

45. Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia

46. Partai Nasional Demokrat

47. Partai Ummat Muslimin Indonesia

48. Partai Pekerja Indonesia

Untuk menghindari campur tangan pemerintah, kemudian dibentuklah Komisi Pemilihan Umum atau KPU. Pembentukan KPU juga diharapkan dapat menjaga objektivitas pelaksanaan Pemilu 1999 tersebut. KPU 1999 diketuai oleh Jend (Purn) Rudini didampingi Wakil Ketua Harun Al Rasyid. Lembaga anyar ini beranggotakan 52 orang yang mewakili 48 partai yang berpartisipasi dalam Pemilu 1999, dan empat wakil dari pemerintah.

Pemilu 7 Juni 1999 yang menghabiskan dana Rp 1,3 triliun dimenangkan oleh PDIP. Partainya Megawati Soekarnoputri itu mendapat total suara 35.689.073 atau 33.74 persen dengan peraihan sebanyak 154 kursi. Golkar menyusul di posisi kedua dengan jumlah suara 23.741.749 atau 22.44 persen dengan perolehan kursi sebanyak 120.

Kemudian posisi ketiga dalam Pemilu pertama era reformasi ini diraih PPP dengan total suara 11.329.905, dengan 59 kursi. PKB berada di posisi keempat meski mendapat suara lebih banyak ketimbang PPP yakni 13.336.98 2 suara. Hal ini lantaran PKB kalah banyak mendapatkan kursi, yakni 51 kursi. Posisi kelima dimenangkan oleh PAN dengan jumlah suara 7.528.956 dan 35 kursi.

Pilihan Editor: Pemilu 1999

Laporan Wartawan Tribun Timur, Nur Fajriani R

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Jika mendengar nama Timezone tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Merupakan tempat hiburan dan bermain game bersama keluarga. Tersebar di mall yang ada di Indonesia, termasuk di Makassar

PT Matahari Graha Fantasi adalah perusahaan patungan antara LAI Asia Pte Ltd (Industri Hiburan dan Sekutu) Singapura dan PT Nadya Prima Indonesia.

Termasuk pelopor dalam industri pusat hiburan keluarga, pusat pertama Time Zone dibuka pada tahun 1995 di Legian, Bali. Lebih dari dua dekade kemudian, Anda dapat menemukan pusat Timezone di 23 provinsi di seluruh Indonesia.

Seperti yang dilansir dari timezone.co.id  Timezone menghadirkan beberapa jenis  permainan. Diantaranya

* Double Cube merupakan mesin dengan cabinet transparan, jadi anda bisa mengukur dan memposisikan capitan untuk mendapatkan mainan yang lucu.

* Shining Maxi, mesin terlihat cerah dengan perubahan lampu LED dapat berbeda-beda, dan memiliki area hadiah besar untuk mengambil hadiah dengan mudah.

* Crazy tower dengan layar hologram di empat Sisi yang Menakjubkan "3D". Para pemain ditantang untuk memperhatikan dengan benar untuk menyusun hologram agar menjadi menara yang indah, dapatkan poin tertinggi di permainan ini.

* Maximum Tune 5DX, Pilih mobil favorit Anda dan gunakan pada salah satu track balapan terbaru dari maximum tune 5dx+. Battle dengan peserta lain untuk berlomba. Beli Bana Passport card dan simpan catatan dari mobil anda, jarak dan informasi lainnya.

Pusat permainan Timezone mengakui pentingnya bermain dalam kehidupan anak-anak dan secara aktif mendorong kesenangan sambil memberikan pengalaman pendidikan.

Slogan Timezone, Time for Fun, tercermin dalam komitmen perusahaan untuk menyediakan pusat hiburan berkualitas yang menampilkan permainan eksklusif, peluang pendidikan, dan layanan pelanggan yang unggul .

Timezone merupakam perusahaan pusat hiburan keluarga yang menampilkan game-game terbaru dan paling eksklusif yang dirancang untuk memberikan kesenangan sambil membantu mendorong pembelajaran pada anak-anak.

Sasar Remaja dan Dewasa Muda

Bangsa Portugis Pertama Kali Mendarat Di Indonesia Di Daerah

KOMPAS.com - Portugis adalah bangsa Eropa yang kali pertama mendarat di Indonesia.

Bangsa Portugis diperkirakan tiba di Malaka pada 1509. Pada awal kedatangannya, Portugis hanya berniat untuk berdagang di Indonesia.

Kedatangan Portugis pun sempat disambut ramah oleh pribumi Nusantara.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Portugis berniat menguasai Indonesia dengan memonopoli rempah-rempah.

Baca juga: Tujuan Bangsa Portugis ke Indonesia

Sejarah pemakaian gelar sultan di Indonesia

Pada asalnya, sultan diartikan sebagai kekuasaan. Namun, pada masa Dinasti Seljuk mengungguli Kekhalifahan Abbasiyah, gelar sultan berubah makna menjadi penguasa.

Gelar sultan semakin populer digunakan oleh para penguasa kesultanan pada masa pemerintahan Dinasti Mamluk di Mesir (1250-1517) dan mencapai puncaknya pada masa kekuasaan Turki Ottoman.

Di antara para penguasa Turki Ottoman atau Kesultanan Utsmaniyah, Bayazid I (1389-1402) yang kali pertama memakai gelar sultan.

Di Indonesia, raja Islam yang pertama kali memakai gelar sultan adalah Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, seperti tertera pada nisan kuburnya.

Sultan Malik as-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai yang berkuasa antara tahun 1267 hingga 1297.

Baca juga: Hikayat Raja-raja Pasai: Isi dan Ringkasan Ceritanya

Dari Hikayat Raja-Raja Pasai diketahui bahwa Meurah Silu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekkah.

Meurah Silu kemudian diberi gelar Sultan Malik as-Saleh dan gelar itu tercantum dalam nisannya yang terdapat di kampung Samudra, Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

Setelah itu, raja-raja Muslim di Nusantara umumnya juga menggunakan gelar sultan.

Penulis dan bendahara Portugis, Tome Pires, dalam catatannya menyebut bahwa pada abad ke-16, para penguasa Muslim yang utama di Nusantara semuanya memakai gelar sultan, sedangkan raja-raja kecil cukup puas dengan gelar raja.

Kerajaan Samudra Pasai, ditinjau dari segi geografi dan sosial-ekonomi, merupakan daerah penting yang menghubungkan Nusantara dengan India dan Arab, sehingga lebih dulu tersentuh pengaruh Islam.

Di Jawa dan Sulawesi, gelar sultan baru dipakai pada sekitar permulaan abad ke-17.

Berdasarkan himpunan hukum adat Aceh yang tercantum dalam Adat Makuta Alam yang tersusun lengkap pada masa Sultan Iskandar Muda, pengangkatan sultan melalui serangkaian prosesi.

Baca juga: Sultan Mahmud Malik Az Zahir, Pembawa Kejayaan Samudera Pasai

Menurut lembaran sejarah adat yang berdasarkan hukum (Syara'), dalam pengangkatan sultan harus semufakat hukum dengan adat.

Oleh karena itu, ketika dinobatkan, sultan berdiri di atas tabal, ulama memegang Al Quran berdiri di kanan, perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri.

Pada umumnya, di tanah Aceh, pangkat sultan turun kepada anak.

Sultan diangkat oleh rakyat atas mufakat dan persetujuan ulama dan orang-orang besar cerdik pandai.

Adapun orang-orang yang diangkat menjadi sultan dalam hukum agama harus memiliki syarat-syarat bahwa ia mempunyai kecakapan untuk menjadi kepala negara, cakap mengurus negeri, hukum dan perang, sera mempunyai kebijaksanaan dalam hal mempertimbangkan dan menjalankan hukum adat.

JAKARTA, iNews.id - Ada banyak pertanyaan dimana bangsa Barat pertama kali mendarat di Indonesia. Agar lebih jelas, ini sejarah dan latar belakang bangsa Barat datang ke Indonesia.

Siapa yang dimaksud dengan bangsa Barat adalah orang yang berasal dari benua Eropa hingga Amerika. Istilah ini kerap digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk merujuk pada bangsa dari Eropa hingga Amerika.

Awal kedatangan Portugis di Malaka

Pencarian rempah-rempah menjadi latar belakang kedatangan Portugis ke Malaka.

Pada masa imperialisme kuno, Portugis dan Spanyol menjadi dua kerajaan Katolik yang paling maju dalam kekuatan armada laut, teknologi navigasi, dan perkapalan.

Bangsa Portugis dan Spanyol pun menjadi pelopor penjelajahan samudera pada masa itu.

Hingga pada akhirnya, Raja Portugal mendengar laporan-laporan dari pedagang Asia tentang kekayaan rempah-rempah yang sangat besar di Malaka.

Raja Portugal kemudian mengutus Diogo Lopes de Sequeira berlayar ke Malaka dengan misi menjalin persahabatan dengan penguasa daerah itu.

Pada 1509, Portugis pun akhirnya menjadi bangsa Eropa pertama kali yang tiba di Indonesia, tepatnya di Malaka.

Kedatangan Portugis pun sempat disambut baik oleh penguasa Malaka, Sultan Mahmud Syah.

Namun, Sultan Mahmud kemudian memerangi Portugis setelah diyakinkan oleh komunitas pedagang Islam Interasional bahwa kedatangan bangsa Eropa itu merupakan ancaman bagi Malaka.

Mendapatkan perlawanan itu, Portugis kemudian justru bertekad menaklukkan Malaka demi memperkuat kedudukan dan menguasai rempah-rempah.

Afonso de Albuquerque kemudian memimpin pasukan Portugis yang diperkuat 1.200 orang dalam 17 atau 18 kapal untuk menyerang Malaka, Mereka mulai berlayar dari Portugis pada April 1511.

Pertempuran pun terjadi sepanjang Juli hingga Agustus 1511 hingga Portugis akhirnya menang.

Baca juga: Benarkah Relief Candi Penataran Bukti Penaklukan Bangsa Maya?

KOMPAS.com - Kerajaan-kerajaan di Nusantara mulai berubah menjadi kesultanan pada abad ke-13.

Perubahan menjadi kesultanan dan pemakaian gelar sultan oleh para penguasanya merupakan salah satu bukti awal mengenai islamisasi di Asia Tenggara.

Raja Islam di Indonesia yang pertama kali memakai gelar sultan adalah Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh.

Sultan Malik as-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai, yang diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.

Baca juga: Apa Kerajaan Islam Pertama di Indonesia?

Bangsa Barat Manakah yang Pertama Kali Datang di Indonesia?

Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Indonesia di daerah Malaka pada tahun 1511. Jadi, dimana bangsa Barat pertama kali mendarat di Indonesia adalah di Malaka.

Kemudian, bangsa Barat yang tiba di Indonesia selanjutnya adalah Spanyol tepatnya di Tidore, Maluku pada tahun 1521. Lalu, disusul oleh negara Belanda di Pelabuhan Banten pada tahun 1596.